Umam
datang kepada seorang kyai di kampungnya.
Ia merasa bingung.
Ia merasa bingung.
Sudah banyak cara
telah ia tempuh, namun rezeki masih tetap sulit ia cari.
Kata
orang, rezeki itu bisa datang sendiri, apalagi kalau sudah menikah.
Buktinya, sudah 3 tahun ia menikah dan dikarunia dua orang anak, ia masih tetap hidup luntang-lantung tak menentu.
Buktinya, sudah 3 tahun ia menikah dan dikarunia dua orang anak, ia masih tetap hidup luntang-lantung tak menentu.
Benar,
keluarganya tidak pernah kelaparan sebab tidak ada makanan.
Namun kalau terus-terusan hidup kepepet dan tidak punya pekerjaan, rasanya tidak ada kebanggaan diri.
Namun kalau terus-terusan hidup kepepet dan tidak punya pekerjaan, rasanya tidak ada kebanggaan diri.
Ia pun
datang kepada Kyai Ahmad untuk minta sumbang saran.
Kalau boleh sekaligus minta do’a dan pekerjaan darinya.
Terus terang, ia sendiri kagum dengan sosok Kyai Ahmad yang amat bersahaja.
Tidak banyak yang ia kerjakan, namun dengan anak 9 orang, sepertinya mustahil bila ia tidak pusing memikirkan nafkah keluarga.
Tapi nyatanya, sampai sekarang Kyai Ahmad tetap sumringah di mata Umam.
Tidak pernah ia lihat Kyai Ahmad bermuka muram seperti dirinya.
Makanya hari itu,
Umam datang untuk meminta nasehat kyai tersebut.
Kalau boleh sekaligus minta do’a dan pekerjaan darinya.
Terus terang, ia sendiri kagum dengan sosok Kyai Ahmad yang amat bersahaja.
Tidak banyak yang ia kerjakan, namun dengan anak 9 orang, sepertinya mustahil bila ia tidak pusing memikirkan nafkah keluarga.
Tapi nyatanya, sampai sekarang Kyai Ahmad tetap sumringah di mata Umam.
Tidak pernah ia lihat Kyai Ahmad bermuka muram seperti dirinya.
Makanya hari itu,
Umam datang untuk meminta nasehat kyai tersebut.
“Hidup ini
adalah adegan. Kita hanya wayang, sementara dalangnya adalah Gusti Allah!
Jadi, manusia itu hidup karena disuruh ‘manggung’ oleh
Dalangnya!” Kyai Ahmad membuka
penjelasan dengan sebuah ilustrasi ringan.
“Tidak
mungkin… kalau wayang itu manggung sendiri.
Pasti, ia dimainkan oleh Dalang.
Sementara selama di panggung, pasti Dalang akan memperhatikan nasib wayang itu!
Pasti, ia dimainkan oleh Dalang.
Sementara selama di panggung, pasti Dalang akan memperhatikan nasib wayang itu!
Begitu
juga manusia… gak mungkin dia hidup di dunia, tanpa diperhatikan segala kebutuhannya
oleh Gusti Allah! Sudah paham belum kamu, Umam?!” Kyai
Ahmad mengakhiri
penjelasannya dengan sebuah pertanyaan.
“Tapi pak
kyai…, kalau Gusti Allah benar menjamin hidup hamba-Nya… kenapa hidup
saya seperti sia-sia begini ya… nyari nafkah saja kok susah!” Umam
menyampaikan keluhnya.
“Oh… itu
karena kamu belum datang kepada Gusti Allah.
Kalau kamu datang kepada Gusti Allah, hidupmu gak bakal sia-sia!” Kyai Ahmad menambahkan.
Kalau kamu datang kepada Gusti Allah, hidupmu gak bakal sia-sia!” Kyai Ahmad menambahkan.
Umam
belum mengerti betul apa maksud sebenarnya dari kata ‘datang
kepada Allah’, ia pun
menanyakan gambaran kongkrit tentang hal itu kepada Kyai Ahmad.
Dengan
santai Kyai Ahmad menjelaskan, “Umam…, semua
masalah di dunia ini bakal
selesai asal kita datang kepada Allah.
Banyak di dunia ini orang yang bermasalah, punya hutang segunung, rezeki sulit, ditimpa berbagai macam penyakit, kemiskinan, kelaparan dan lain-lain…
Itu disebabkan karena mereka tidak datang kepada Allah.
Kalau saja mereka datang kepada Allah, maka segala masalah mereka terselesaikan!”
Banyak di dunia ini orang yang bermasalah, punya hutang segunung, rezeki sulit, ditimpa berbagai macam penyakit, kemiskinan, kelaparan dan lain-lain…
Itu disebabkan karena mereka tidak datang kepada Allah.
Kalau saja mereka datang kepada Allah, maka segala masalah mereka terselesaikan!”
“Apakah hanya sesederhana itu, pak Kyai?” Umam
bertanya dengan nada penasaran.
“Ya, hanya sesederhana itu!” Pak kyai menegaskan.
Pak Kyai bercerita, “Pernah terjadi di Rusia di sebuah negeri yang terkenal atheis, seorang pria pergi ke tukang cukur.
Saat rambutnya dicukur, ia terserang kantuk.
Kepalanya mulai mengangguk-angguk karena kantuk.
Tukang cukur merasa kesal, namun untuk membangunkan pelanggannya, si tukang cukur mulai bicara:
‘Pak, apakah bapak termasuk orang yang percaya tentang adanya Tuhan?’
Pelanggan menjawab, ‘Ya, saya percaya adanya Tuhan!’
Agar pembicaraan tak terhenti, si tukang cukur menimpali,
‘Saya termasuk orang yang tidak percaya kepada Tuhan!’
‘Apa alasanmu?’ pelanggan melempar tanya.
‘Kalau benar di dunia ini ada Tuhan, dan sifat-Nya adalah Maha Pengasih dan Maha Penyayang, menurut saya tidak mungkin di dunia ada orang yang punya banyak masalah, terlilit hutang, terserang penyakit, kelaparan, kemiskinan dan lain-lain. Ini khan bukti sederhana bahwa di dunia ini tidak ada Tuhan!’ tukang cukur berbicara dengan cukup lantang.
Si pelanggan terdiam. Dalam hati, ia berpikir keras mencari jawaban. Namun sayang, sampai cukuran selesai pun ia tetap tidak menemukan jawaban. Maka pembicaraan pun terhenti.
Sementara si tukang cukur tersenyum sinis, seolah ia telah memenangkan perdebatan.
Akhirnya, saat cukuran itu selesai, si pelanggan bangkit dari kursi dan ia berikan ongkos yang cukup atas jasa cukuran. Tak lupa, ia berterima kasih dan pamit untuk meninggalkan tempat.
Namun dalam langkahnya, ia masih tetap mencari jawaban atas perdebatan kecil yang baru ia jalani.
Saat berdiri di depan pintu barber shop, ia tarik tungkai pintu kemudian hendak melangkahkan kakinya keluar…. saat itu Allah Swt mengirimkan jawaban padanya.
Matanya tertumbuk pada seorang pria gila yang berparas awut-awutan.
Rambut panjang tak terurus, janggut lebat berantakan.
Demi melihat hal sedemikian, pintu barber shop yang tadi telah ia buka maka ditutup
kembali. Ia pun datang lagi kepada tukang cukur dan berkata, ‘Pak, menurut saya yang tidak
ada di dunia ini adalah TUKANG CUKUR!’
Merasa aneh dengan pernyataan itu, tukang cukur balik bertanya, ‘Bagaimana bisa Anda berkata demikian. Padahal baru saja rambut Anda saya pangkas!’
‘Begini pak, di jalan saya dapati ada orang yang kurang waras.
Rambutnya panjang tak terurus, janggutnya pun lebat berantakan.
Kalau benar di dunia ini ada tukang cukur, rasanya tidak mungkin ada pria yang berperawakan seperti itu!’ si pelanggan menyampaikan penjelasannya.
Tukang cukur tersenyum, sejenak kemudian dengan enteng ia berkata, ‘Pak… bukan Tukang Cukur yang tidak ada di dunia ini.
Masalah sebenarnya adalah pria gila yang Anda ceritakan tidak mau hadir dan datang ke sini, ke tempat saya… Andai dia datang, maka rambut dan janggutnya akan saya rapihkan sehingga ia tidak berperawakan sedemikian!’
“Ya, hanya sesederhana itu!” Pak kyai menegaskan.
Pak Kyai bercerita, “Pernah terjadi di Rusia di sebuah negeri yang terkenal atheis, seorang pria pergi ke tukang cukur.
Saat rambutnya dicukur, ia terserang kantuk.
Kepalanya mulai mengangguk-angguk karena kantuk.
Tukang cukur merasa kesal, namun untuk membangunkan pelanggannya, si tukang cukur mulai bicara:
‘Pak, apakah bapak termasuk orang yang percaya tentang adanya Tuhan?’
Pelanggan menjawab, ‘Ya, saya percaya adanya Tuhan!’
Agar pembicaraan tak terhenti, si tukang cukur menimpali,
‘Saya termasuk orang yang tidak percaya kepada Tuhan!’
‘Apa alasanmu?’ pelanggan melempar tanya.
‘Kalau benar di dunia ini ada Tuhan, dan sifat-Nya adalah Maha Pengasih dan Maha Penyayang, menurut saya tidak mungkin di dunia ada orang yang punya banyak masalah, terlilit hutang, terserang penyakit, kelaparan, kemiskinan dan lain-lain. Ini khan bukti sederhana bahwa di dunia ini tidak ada Tuhan!’ tukang cukur berbicara dengan cukup lantang.
Si pelanggan terdiam. Dalam hati, ia berpikir keras mencari jawaban. Namun sayang, sampai cukuran selesai pun ia tetap tidak menemukan jawaban. Maka pembicaraan pun terhenti.
Sementara si tukang cukur tersenyum sinis, seolah ia telah memenangkan perdebatan.
Akhirnya, saat cukuran itu selesai, si pelanggan bangkit dari kursi dan ia berikan ongkos yang cukup atas jasa cukuran. Tak lupa, ia berterima kasih dan pamit untuk meninggalkan tempat.
Namun dalam langkahnya, ia masih tetap mencari jawaban atas perdebatan kecil yang baru ia jalani.
Saat berdiri di depan pintu barber shop, ia tarik tungkai pintu kemudian hendak melangkahkan kakinya keluar…. saat itu Allah Swt mengirimkan jawaban padanya.
Matanya tertumbuk pada seorang pria gila yang berparas awut-awutan.
Rambut panjang tak terurus, janggut lebat berantakan.
Demi melihat hal sedemikian, pintu barber shop yang tadi telah ia buka maka ditutup
kembali. Ia pun datang lagi kepada tukang cukur dan berkata, ‘Pak, menurut saya yang tidak
ada di dunia ini adalah TUKANG CUKUR!’
Merasa aneh dengan pernyataan itu, tukang cukur balik bertanya, ‘Bagaimana bisa Anda berkata demikian. Padahal baru saja rambut Anda saya pangkas!’
‘Begini pak, di jalan saya dapati ada orang yang kurang waras.
Rambutnya panjang tak terurus, janggutnya pun lebat berantakan.
Kalau benar di dunia ini ada tukang cukur, rasanya tidak mungkin ada pria yang berperawakan seperti itu!’ si pelanggan menyampaikan penjelasannya.
Tukang cukur tersenyum, sejenak kemudian dengan enteng ia berkata, ‘Pak… bukan Tukang Cukur yang tidak ada di dunia ini.
Masalah sebenarnya adalah pria gila yang Anda ceritakan tidak mau hadir dan datang ke sini, ke tempat saya… Andai dia datang, maka rambut dan janggutnya akan saya rapihkan sehingga ia tidak berperawakan sedemikian!’
Tiba-tiba
si pelanggan meledakkan suara, ‘Naaaahhhh…. itu dia
jawabannya.
Rupanya
Anda juga telah menemukan jawaban dari pertanyaan yang Anda lontarkan!’
‘Apa maksudmu?’ si tukang cukur tidak mengerti dengan pernyataan pelanggannya.
‘Apa maksudmu?’ si tukang cukur tidak mengerti dengan pernyataan pelanggannya.
‘Anda kan
bilang bahwa di dunia ini banyak manusia yang punya masalah.
Kalau saja mereka datang kepada Tuhan, pastilah masalah mereka akan terselesaikan.
Persis sama kejadiannya bila pria gila tadi datang kemari dan mencukurkan rambutnya kepada Anda!’”
Kalau saja mereka datang kepada Tuhan, pastilah masalah mereka akan terselesaikan.
Persis sama kejadiannya bila pria gila tadi datang kemari dan mencukurkan rambutnya kepada Anda!’”
Kyai
Ahmad mengakhiri kisah yang ia sampaikan.
Terlihat Umam menganggukkan kepala tanda mengerti.
Terlihat Umam menganggukkan kepala tanda mengerti.
“Jadi…, kamu
hanya tinggal memohon saja apa yang kamu inginkan kepada Allah Swt., pasti
Allah
bakal berikan apa yang kamu pinta!” Kyai
Ahmad berkata memberi garansi.
Umam
sudah mulai yakin, tapi ia masih mengejar dengan satu pertanyaan,
“Pak Kyai, saya sudah niat untuk datang dan semakin mengakrabkan diri kepada Allah.
Tapi bagaimana caranya ya pak Kyai agar saya bisa memohon nafkah yang cukup kepada Allah?”
“Pak Kyai, saya sudah niat untuk datang dan semakin mengakrabkan diri kepada Allah.
Tapi bagaimana caranya ya pak Kyai agar saya bisa memohon nafkah yang cukup kepada Allah?”
Kemudian
Pak Kyai membacakan ayat dalam Al Qur’an:
“Katakanlah:
“Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan
kepada
orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang
Engkau
kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau
hinakan
orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan.
Sesungguhnya
Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke
dalam
siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang
hidup
dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup, dan Engkau
beri
rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)”. QS. Ali Imran : 26-27
“Bacalah
ayat itu sesering mungkin dan perbanyak doa memohon nafkah serta rezeki yang halal
dari Allah Swt.
Yakinlah bahwa Allah Swt akan senantiasa menjamin penghidupanmu dan keluarga!” Kyai Ahmad mengakhiri pembicaraan dengan memberi pesan.
Yakinlah bahwa Allah Swt akan senantiasa menjamin penghidupanmu dan keluarga!” Kyai Ahmad mengakhiri pembicaraan dengan memberi pesan.
Usai
pembicaraan dengan Kyai Ahmad, Umam merasa yakin bila dirinya hendak mencari
nafkah,
maka cara termudah yang dapat ia kerjakan hanyalah dengan ‘Datang
dan Memohon
kepada
Pemilik Nafkah!’
Umam
telah meyakini hal ini.
Bagaimana
dengan Anda?
No comments:
Post a Comment